Di Balik Kematian
Suatu Kajian Dogmatis-Misiologis Tentang Kematian dan Keselamatan dalam Aluk Nene’ Serta Implikasinya terhadap Misi Gereja Toraja
Kata Kunci:
Kematian, Aluk Nene’, Ritus, Kebangkitan, Patutungan Bia’, Misi Gereja TorajaAbstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui konsep kematian dan keselamatan dalam Aluk Nene’ serta implikasinya terhadap misi Gereja Toraja. Sebelum kekristenan hadir di Toraja, paham immortalitas jiwa telah mengakar dan membuat konsep kematian dan keselamatan menjadi sesuatu yang sulit berterima dengan baik. Penganut Aluk Nene’ percaya bahwa keselamatan diperoleh melalui kegenapan ritus dan pengorbanan hewan dalam Rambu Solo’. Kekristenan memahami bahwa kematian merupakan batas eksistensi manusia kini. Dengan demikian, bukan jiwa yang kekal, tetapi manusia itu memiliki kehidupan setelah kematian. Bahkan jaminan keselamatan telah diperoleh melalui darah Yesus Kristus yang telah membenarkan dan menebus manusia. Keselamatan tersebut bukan usaha manusia melalui ritus dan korban, tetapi karena kasih Allah bagi manusia. Namun perbedaan yang ada tersebut bukanlah penghalang untuk memberitakan kekristenan bagi orang Toraja. Titik temu kepercayaan Aluk Nene’ dan Kekristenan dapat dilihat pada Yesus Kristus. Yesus Kristus yang kemudian menjadi To Patutungan Bia’ yang menuntun dan memberi terang bagi manusia. Ia juga menjadi eran di langi’ yang menghubungkan manusia kepada Allah dan menjadi jalan bagi manusia menuju kehidupan kekal bersama Kristus di sorga. Pemahaman yang baik mengenai konsep kematian dan keselamatan dalam Aluk Nene’ akan berimplikasi terhadap misi gereja. Adapun misi tersebut yaitu misi ke dalam (missio interna) yaitu penguatan dan pertumbuhan iman jemaat serta misi ke luar (missio eksterna) yaitu pewartaan Kekristenan bagi orang Toraja yang belum percaya.
Referensi
Bevans, Stephen B. Models of Contextual Theology. New York, NY: Orbis Books, 2002.
BPS Gereja Toraja. Kekristenan Dan Ketorajaan. Rantepao: Sulo, 2021.
Gereja Toraja. Pengakuan Gereja Toraja Dalam Bahasa Indonesia Dan Bahasa Toraja. Rantepao: BPS Gereja Toraja, 1994.
Ihromi, Tapi O. Adat Perkawinan Toraja Sa’dan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1981.
Kabanga’, Andarias. Manusia Mati Seutuhnya: Suatu Kajian Antropologi Kristen. Yogyakarta: Media Pressindo, 2002.
Kobong, Theodorus. Injil Dan Tongkonan: Inkarnasi, Kontekstual, Transformasi. Translated by Theodorus Kobong and Thomas van den End. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Nooy-Palm, Hetty. The Sa’dan-Toraja: A Study of Their Social Life and Religion (A Study of Their Social Life and Religion). Vol. I. Leiden: Springer-Science+Business Media, B.V., 1979.
Paembonan, Y. “Upacara Rambu Solo’ Dalam Ritus Sapu Randanan.” Jurnal STAKN Toraja, 2016.
Pasulu’, Alpius, and C.S. Rappan Paledung. Merayakan Kehidupan Bersama Leluhur: Respons Konstruktif Gereja Toraja Terhadap Ritus Ma’nene’. Rantepao: Gereja Toraja, 2021.
Ringgi’, Ismail Banne. “Umpuran Mali’.” Jurnal STAKN Toraja, 2016.
Rupa, Calvin S. “Kebudayaan Sebagai Sarana Syallom.” Jurnal STAKN Toraja, 2016.
Salewa, Wandrio. “Kematian Seutuhnya Dalam Pengakuan Gereja Toraja Menurut Pandangan Antropologi Metafisik.” SOPHIA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1, no. 2 (2020): 63–81. https://doi.org/10.34307/sophia.v1i2.15.
Sarira, Y. A. Aluk Rambu Solo’ Dan Persepsi Orang Kristen Terhadap Rambu Solo’. Rantepao: Pusbang Gereja Toraja, 1996.
Tandilintin, L. T. Toraja Dan Kebudayaannya. Rantepao: Yayasan Lepongan Bulan, 1981.
“Wawancara Dengan Ne’ Tato’ Dena’,” 2020.
Woga, E. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Gabriel Warsi Allo allo linggi'
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.