PENDEKATAN ETNOHIDROLIKA TORAJA DALAM PELESTARIAN SUMBER AIR

Penulis

  • Aris Tanan Universitas Kristen Indonesia Toraja

DOI:

https://doi.org/10.47178/agro.v2i2.388

Kata Kunci:

air, etnohidrolika, pendekatan eksploratori, Toraja

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui peranan air bagi kehidupan etnis Toraja, untuk mengetahui pandangan etnis Toraja tentang sumber air, dan untuk mengetahui nilai yang dikembangkan dan diwariskan etnis Toraja dalam melestarikan sumber air. Penelitian menggunakan pendekatan eksploratori dengan menggali secara mendalam serta menyeluruh mengenai air dari narasumber yang dipilih berdasarkan keterwakilan wilayah (Tana Toraja dan Toraja Utara) dan keterwakilan keyakinan yang dianut mayoritas etnis Toraja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) masyarakat dalam wilayah etnis Toraja memaknai air sebagai: bagian/penyusun tubuh makhluk hidup (patala lamma’), simbol kemakmuran (padang ma’kalimbuang boba kalimbu’bu’ tang sore-sore, padang malompo masapi ma’ kampipi’ bai tora ma’lite bumbungan), penjamin kehidupan makhluk hidup (untaranak tallu lolona), alat memutuskan perkara (ma’paolai salu), simbol berkat (dipasangtinti pa’passakke rara’na Puang Matua dao mai tangngana langi’), dan untuk mencegah serangan hama tanaman (tongkaran); 2) sumber utama air dalam keyakinan etnis Toraja adalah hujan (uran dilangi’ tana’tak dideata) dan mata air (burana kalimbuang boba lumpa-lumpana kalimbu’bu’ tang sore-sore), sumber yang lain antara lain uma (sawah), tombang tedong (kubangan kerbau), pangrudasan (tempat merendam dan memandikan kerbau), mayang (enau) dan bumbungan (susu ibu, susu kerbau); 3) ada lima upaya pelestarian mata air dalam keyakinan etnis Toraja yaitu: memelihara mata air (kalimbuang boba), memelihara pematang sawah (umpemeloi tampo), memelihara hutan (kombong), memelihara drainase (mangkalo’ pa’lak) dan memelihara tempat merendam dan memandikan kerbau (tombang tedong dan pangrudasan). Pemeliharaan itu dilakukan dengan menegakkan aluk sanda pitunna untuk air (aluk, pemali, sangka’, na salunna uai), dan 4) pelaksanaan aluk, pemali, sangka’, na salunna uai hendaknya dilaksanakan dalam bingkai pertanggungjawaban sebagai pengguna air, sehingga terbuka kesempatan melakukan modifikasi sesuai kebutuhan dengan melibatkan teknologi, dengan melestarikan nilai yang terkandung di dalamnya untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.

Penelitian menyarankan: 1) pewarisan nilai dalam rangka memelihara air dan sumber air hendaknya dilakukan dengan memaksimalkan fungsi tongkonan sebagai simbol pemersatu keluarga, dengan semangat kombongan sebagai wahana musyawarah masyarakat. Untuk itu maka baik pemerintah, perguruan tinggi maupun pemangku adat pada berbagai lapisan disarankan untuk terus-menerus melakukan pembinaan terhadap tongkonan dan fungsinya, serta mendorong tumbuh kembangnya kombongan sebagai lembaga adat yang konsisten dan bertanggung jawab memelihara kearifan lokal sebagai identitas etnis, dan juga untuk kesejahteraan masyarakat, 2) untuk melakukan penelitian lanjutan yang mengkolaborasikan teknologi yang tepat dengan kearifan lokal dalam melestarikan sumber air, termasuk penegakan aturan.

Diterbitkan

2018-07-09

Terbitan

Bagian

Articles

Cara Mengutip

PENDEKATAN ETNOHIDROLIKA TORAJA DALAM PELESTARIAN SUMBER AIR. (2018). AgroSainT, 2(2), 16-29. https://doi.org/10.47178/agro.v2i2.388

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 > >>