STUDI KEHILANGAN AIR PDAM TIRTA BUKAE LUWU UTARA (STUDI KASUS KEC. MASAMBA) TAHUN 2017 - 2018
DOI:
https://doi.org/10.47178/dynamicsaint.v4i1.684Keywords:
Kehilangan air, PDAM, KebocoranAbstract
Kehilangan air merupakan permasalahan besar yang mendapat perhatian serius dari setiap Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) karena tingkat kehilangan air merupakan salah satu indicator ketidakberhasilan perusahaan. Hal ini juga mendapat perhatian dari pemerintah yang diwujudkan dengan dikeluarkannya standar kehilangan air sebesar 20% bagi setiap Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tingkat kehilangan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di seluruh Indonesia rata-rata masih berada jauh di atas 20% dan disadari bahwa komponen yang cukup besar memberikan konstribusi terhadap kehilangan air adalah kebocoran., Sehingga perlunya diketahui seberapa besar tingkat kehilangan air dan kerugian PDAM akibat kehilangan air pada sistem distribusi air bersih PDAM Tirta Bukae wilayah Kec. Masamba antara tahun 2017-2018 dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi meningkatnya tingkat kehilangan air PDAM tersebut, sehingga mampu memecahkan permasalahan diwilayah tersebut.
Jumlah pelanggan yang terlayani oleh PDAM Tirta Bukae Luwu Utara Kec.Masamba tahun 2017 sebanyak 2.407 pelanggan dan tahun 2018 mengalami peningkatan dengan jumlah pelanggan sebanyak 2.660 pelanggan dengan jumlah volume produksi PDAM Tirta Bukae Luwu Utara Kec.Masamba tahun 2017 sebesar 1.306.305 m3 dan tahun 2018 sebesar 1.470.533 m3, Volume distribusi PDAM Tirta Bukae Luwu Utara Kec.Masamba tahun 2017 sebesar 1.280.810 m3 dan tahun 2018 sebesar 1.456.430 m3, Sehingga besar kehilangan air PDAM Tirta Bukae Luwu Utara Kec.Masamba pada tahun 2017 mencapai 430.684 m3 dengan kerugian mencapai Rp. 1.110.734.036 dan pada tahun 2018 mencapai 488.235 dengan total kerugian mencapai Rp. 1.259.158.065. Strategi pengendalian tingkat kehilangan air yang disarankan untuk dilakukan adalah penggantian meter air yang tepat dan sesuai dengan kelompok pelanggan yang menggunakan, dilakukan kalibrasi pada meter air pelanggan secara berkala, penerapan sistem pembacaan meter air pelanggan menggunakan alat komunikasi (HP) secara menyeluruh, membentuk tim penertiban sambungan liar, memantau pelayanan air yang tidak teratur, pemasangan water meter pada jaringan transmisi dan distribusi, membuat pemetaan jaringan menggunakan GIS, membentuk tim pengendalian NRW, dan pencarian kebocoran.