Kajian Sistem Tanam Jagung Dalam Konteks Integrasi Tanaman - Ternak
DOI:
https://doi.org/10.47178/agro.v3i3.635Kata Kunci:
Biomas, Jagung, OTS, TOTAbstrak
Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra pengembangan jagung nasional di Indonesia bagian Timur. Daerah ini memiliki lahan sawah tadah hujan seluas 239.171 Ha sebagai potensi pengembangan jagung. Optimalisasi lahan sawah tadah hujan di daerah ini masih rendah, sebagian besar ditanami padi satu kali dan baru sebagian kecil ditanami padi dua kali kemudian bero. Pemanfaatan lahan sawah tadah hujan dengan komoditas jagung setelah padi menunjang pencapaian peningkatan produksi jagung pipilan kering dan ketersediaan jerami untuk pakan ternak. Guna memacu efisiensi waktu panen, dipadukan dengan sistem tanam TOT dan OTS. Pengaruh tunggal sistem tanam menujukkan, teknologi TOT memberikan tinggi tanaman (240,6 cm), biomas diatas tongkol (7,3 t/ha), bobot jerami (22,1 t/ha), panjang tongkol (16,6 cm) dan produksi jagung pipilan kering (10,1 t/ha) lebih tinggi dibanding teknologi OTS yaitu tinggi tanaman (239,2 cm), biomas diatas tongkol (6,7 t/ha), bobot jerami (19,1 t/ha), panjang tongkol (16,4 cm) dan produksi jagung pipilan kering (9,8 t/ha). Terhadap pengaruh tunggal varietas menunjukkan, varietas Bima-2 dan Bima-3 lebih tinggi baik terhadap komponen pertumbuhan maupun hasil jagung pipilan kering dibanding varietas lainnya. Sedang pengaruh interaksi menunjukkan varietas Bima-2 dengan sistem tanam TOT memberikan bobot jerami (27,6 t/ha) dan produksi jagung pipilan kering (13,5 t/ha) lebih tinggi dibanding varietas yang sama dengan sistem tanam OTS yaitu bobot jerami (26,6 t/ha) dan produksi jagung pipilan kering (13,2 t/ha). Varietas Gumarang baik sistem tanam TOT dengan bobot jerami (18,2 t/ha) dan produksi jagung pipilan kering (7,9 t/ha) maupun sistem tanam OTS dengan bobot jerami (15,1 t/ha) dan produksi jagung pipilan kering (7,9 t/ha) terendah diantara perlakuan interaksi lainnya.