ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS INPARA PADA LAHAN SUB-OPTIMAL DI DESA DEBOWAE, KABUPATEN BURU
DOI:
https://doi.org/10.47178/agro.v5i3.683Keywords:
kajian adaptasi, inhibrida padi rawa (inpara), lahan sub-optimal, dataran WaeapoBuruAbstract
Pengkajian adaptasi terhadap enam varietas Inpara (inhibrida padi rawa) di desa Debowae, kecamatan Waeapo, kabupaten Buru dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2011.Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan 1 sampai 2 varietas adaptif dan produktivitas tinggi pada lahan sub-optimal.Luas lahan yang digunakan 1 ha.Sebanyak enam varietas yang dikaji, yaitu (1) Inpara 1 (V-1), (2) Inpara 2 (V-2), (3) Inpara 3 (V-3), (4) Inpara 4 (V-4), (5) Inpara 5 (V-5) dan (6) Indragiri (V-6).Menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan sebanyak 3 kali (petani sebagai ulangan).Pupuk yang digunakan adalah 300 kg NPK Phonska, 200 kg urea dan 3 t pupuk kandang per hektar.Budidaya padi dilakukan dengan model pengelolaan tanaman terpadu (PTT).Seluruh pupuk NPK Phonska dan setengah pupuk urea diberikan pada saat umur tanaman 7 hari setelah tanam (hst), dan sisa urea diberikan pada umur 21 dan 35 hst, sedangkan pupuk kandang disebar di petakan sebelum tanam.Parameter yang diukur adalah sifat fisik dan kimia tanah, komponen pertumbuhan dan hasil tanaman.Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis tanah pada lokasi kajian termasuk Endoaquepts dengan status kesuburan tanah rendah.Keenam varietas Inpara tersebut rata-rata memberikan produktivitas yang lebih tinggi (4,87 – 7,95 t ha-1) dibandingkan dengan rata-rata produktivitas sebelumnya (1 – 2 t ha-1) atau hasil gabah yang diperoleh petani yang menanam varietas unggul untuk lahan sawah (2,60 – 2,90 t ha-1). Dari enam varietas yang dikaji, 4 varietas diantaranya memberikan hasil di atas 7 t ha-1, yaitu Inpara 4 (7,95 t ha-1), Indragiri (7,75 t ha-1), Inpara 1 (7,44 t ha-1), dan Inpara 2 (7,10 t ha-1), sehingga berpeluang untuk dikembangkan pada lahan sub-optimal di Maluku, khususnya di dataran Waeapo Buru.