DARO-DARO:Makna Teologis-Sosiologis Simbol Daro-daro Dalam Ritus Rambu Solo’ Dan Implikasinya Bagi Masyarakat Bori’

Authors

  • Ferayanti Sannang Gereja Toraja

DOI:

https://doi.org/10.0302/rvmpd680

Keywords:

Daro-daro, Pengharapan, Rambu Solo', Ritus, Simbol

Abstract

Dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian terkait apa makna Teologis-Sosiologis simbol Daro-daro dalam ritus Rambu Solo’ dan implikasinya bagi masyarakat Bori’. Simbol Daro-daro atau disebut juga Paningoan bombo dipercaya sebagai media menyatakan cinta kepada arwah/bombo-bombo keluarga yang telah meninggal. Apakah relasi tersebut masih relevan dipercayai orang percaya sekalipun merupakan bentuk cinta kepada keluarga yang telah meninggal. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan field research dengan melakukan wawancara terhadap Majelis Gereja, Pemerhati adat, masyarakat setempat/warga Jemaat dan Pemerintah setempat. Penulis memberikan beberapa pertanyaan sekaitan dengan topik yang penulis kaji dalam karya ilmiah ini. Penulis juga memakai library research untuk memperkuat argumen didalam tulisan ini. Berdasarkan fenomena yang terjadi, simbol Daro-daro digunakan sebagai media dalam berelasi dengan arwah atau bombo-bombo. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa bukanlah semata-mata Daro-daro yang menjadi media untuk mengekspresikan relasi sukacita dengan arwah/bombo-bombo keluarga yang telah meninggal agar mereka turut disenangkan, akan tetapi Yesus Kristus-lah yang menjadi media ekspresi kebahagiaan dan sukacita sebagai orang percaya. Pengharapan akan kasih karunia Tuhan bagi mereka yang telah mendahului akan terus melekat dan dijiwai setiap orang percaya sehingga tidak ada lagi kegelisahan. Terlepas dari itu, dukacita tentunya akan dirasakan namun memori yang tersimpan akan terus menuntun manusia untuk dapat melihat teladan dari sikap hidup keluarga yang telah mendahului.

References

Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, (2015), Jakarta:Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).

Geertz, Clifford. Kebudayaan & agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992.

Peursen, C.A. van, and Dick Hartoko. Strategi kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Tangdilintin, L.T. Toraja Dan Kebudayaannya. Tana Toraja: Yayasan Lepongan Bulan, 1981.

Tangirerung, Johana R. Berteologi melalui simbol-simbol: upaya mengungkap makna Injil dalam ukiran Toraja, 2017.

Lembang, Bert T. Reinterpretasi Dan Reaktualisasi Budaya Toraja: Refleksi Seabad Kekristenan Masuk Toraja. Yogyakarta: Penerbit Gunung Sopai, 2012.

Kobong, Th, and Erich von Marthin Elraphoma Hutahaean. Injil dan tongkonan: inkarnasi, kontekstualisasi, transformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Embon, Debyanti. “Sistem Simbol Dalam Upacara Adat Toraja Rambu Solo’: Kajian Semiotik.” Jurnal Bahasa dan Sastra 4 (2019).

Faot, Agustinus. “Kematian bukan Akhir Dari Segalanya.” Kerusso 2 (2017).

Frederik, Hanny. “Konsep Persatuan Dengan Kematian dan Kebangkitan Kristus Berdasarkan Roma 6:1-14.” Jurnal Jaffray 13 (Oktober 2015).

Ledo, Samyul. “Kajian Teologis Hanya Yesus Jalan Keselamatan Dalam Yohanes 14:1-14 Dan Aplikasinya Bagi Orang Percaya.” Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani 1 (2021).

Lura, Hans. “Gender Structure Dalam Ef.5:22-23, 1 Kor. 14:34-35 dan perjumpaannya Dengan Budaya Toraja” Jurnal Kinaa UKI Toraja (2017)

Lura, Hans. “Keadilan, Gender Dan Keluarga: Keadilan sebagai sesuatu yang wajar: untuk siapa? (Analisis Reflektif Terhadap Pemikiran Susan Moller Okin)” Jurnal Kinaa Progdi Teologi UKI Toraja (2018).

Wawancara Pdt. Seniati Padda’, S.Th, M.Pd.K (Pendeta sekaligus Masyarakat Bori’), 1 Mei 2022.

Pnt. Silwanus Pasalli’ (Majelis Gereja sekaligus Pemerhati Adat di Lembang Bori’ Ranteletok), 10 Mei 2022.

Marten Silambi’ (Masyarakat/warga Jemaat di Lembang Bori’ Ranteletok), 10 Mei 2022.

Emilia Sarunan (Masyarakat/warga Jemaat di Lembang Bori’ Ranteletok), 10 Mei 2022.

Downloads

Published

2025-04-12

Issue

Section

Articles

How to Cite

DARO-DARO:Makna Teologis-Sosiologis Simbol Daro-daro Dalam Ritus Rambu Solo’ Dan Implikasinya Bagi Masyarakat Bori’. (2025). KINAA: Jurnal Teologi, 9(2), 23-36. https://doi.org/10.0302/rvmpd680